Selasa, 09 Oktober 2018

Hilangnya Ruang Canda & Tawa

Selasa, 09 Oktober 2018 | 0 komentar


Mas bro Puriang Cap Kampak, sudah banyak tulisan yang engkau kirim ke timeline facebook ku, ingin juga rasanya diri ini kembali menulis untuk berbagi cerita dan berbalas tulisan sebagai tanda persahabatan antara dua mantan blogger (gayaan dikit biar kesannya keren bro..), engkau si empu suakakata.blogspot.com sepertinya sudah lama hilang dari peredaran ada aku dengan katakarim.blogspot.com juga sudah terlupakan. Hahaha
Sekarang aku hanya ingin berbagi cerita melalui goresan tinta tapi jangan pula engkau anggap ini seperti surat Soe Hok Gie kepada temannya Herman, yang berisi tentang kegelisahannya melihat kondisi yang sedang berkembang pada waktu itu, karena saya bukanlah Soe dan kamu bro juga bukan Herman tapi kalau itu bisa membuatmu tersenyum dan tersipu malu, atau dengan ini dirimu bisa mentertawakan ku maka buatlah sesukamu agar ruang canda diantara kita tidak menyempit.
Kawan saat ini ruang untuk canda dan tawa sudah mulai sempit. Tiap hari media informasi dan media sosial menyuguhi kita dengan hal-hal yang tidak penting, tentang perbedaan yang berujung pada pertikaian dan perdebatan yang berakhir dengan makian.
Orang-orang seakan kehilangan rasa humor dan percakapan yang penuh kehangatan karena yang selalu ditampilkan media sosial adalah saling cela terhadap perbedaan pilihan dan junjungannya.
Dulu kita bisa tertawa ketika kebohongan dirangkai untuk menyenangkan teman dan memper enak suasana pembicaraan dan si pengarang cerita bohong hanya akan dicela sambil tertawa, semua ini hanya kita sebut bualan. Sekarang kebohongan dirangkai sedemikian rupa digunakan untuk menyanjung idola supaya terlihat hebat dan sempurna sehingga naik rating pujaannya dan juga untuk menghina dan menjatuhkan lawannya, tak adalagi canda didalamnya apalagi niat untuk membuat kita tertawa, nama baru pun sudah disematkan untuknya yaitu hoax diungkapkan dengan penuh kemarahan dan kebencian, si pembuat cerita akan dicela sedemikian rupa bahkan bisa masuk penjara.
Dalam pergaulan dimasa lalu diantara kita juga ada saling cela dan menghina. Ketika kita saling mencela atau pun menghina, kita masih bisa tertawa bahkan ketika celaan melewati batasnya, mungkin dalam beberapa saat tidak bertegur sapa. Ingatkah engkau kawan, ketika dulu engkau menyebutku sebagai Ustadz Katidiang (Katidiang adalah tempat untuk mengumpulkan infaq  dan sedekah di daerah Minang) karena aku ceramah keliling Mesjid dan Surau dengan membawa amplop berisi uang yang diberikan oleh pengurusnya ketika pulang, kita bisa tertawa, aku tidak merasa terhina dan marah, karena diantara kita masih luas ruang untuk bercanda dan juga karena aku yakin waktu akan mengantarkanmu pula pada kondisi yang sama, tetapi sekarang ketika ruang untuk bercanda sudah semakin sempit, celaan seperti itu berubah menjadi hate speech, ledekan terhadap fisik yang dulu sering menjadi bahan tertawaan kita sekarang hal seperti itu disebut rasis akibatnya bisa berbuah tangis, semua perbuatan lucu-lucuan bagi kita dulu sekarang dilakukan dengan bengis.
Apa yang dulu bagi kita hanya canda dan lucu-lucuan saja sekarang bisa berujung penjara karena ruang canda dan tawa semakin sempit sementara ruang kebencian dan kemarahan semakin menganga kawan.
Kawan..
Saat ini rasanya bagi ku lebih baik mendengar puisi daripada menerima informasi, menonton vlog gombalan anak muda daripada bercengkrama dengan hasil karya awak media.
Kawan kepadamu ku berharap untuk menjaga ruang tawa dan canda diantara kita  jangan biarkan hate speech, hoax dan rasis menjajahnya, jangan pula biarkan kebencian dan kemarahan mengambil tempat dalam pembicaraan dan pergaulan kita.


read more

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Smart, happy

Saca Firmansyah

Wilayah Pengunjung