Berdakwah untuk menyembah kepada Allah adalah kewajiban setiap orang Muslim dan Muslimah, sebagaimana tersurat di dalam banyak ayat di dalam Al-quran serta terdapat di dalam banyak hadis Rasul. Cara serta jalan dakwah sendiri sangat banyak dan beragam. Dalam makalah yang singkat ini, kita akan membicarakan permasalahan dakwah kepada Allah melalui “sastra Islam”. Yang dimaksud dengan “sastra Islam” adalah ungkapan yang indah, namun berisi kebenaran. Ia adalah sastra yang bernilai tinggi di seluruh dunia. Ia adalah sya’ir yang benar dan original. Ia adalah kisah yang indah dan berkualitas. Ia adalah akhlak yang luhur yang terdapat di dalam qasîdah (sya'ir yang terdiri dari tujuh atau sepuluh bait), di dalam hikayat, nyanyian, artikel, kumpulan puisi, di dalam kaset yang berisi seni islam, dan lain sebagainya.
Sastra Islam adalah pemaparan yang indah mengenai berbagai disiplin ilmu yang bermacam-macam yang dibolehkan oleh syari'at Islam, tidak diharamkan, serta tidak berseberangan dengan akidah Islam yang benar. Sasrta Islam adalah pembicaraan mengenai manusia, alam semesta, kehidupan, serta masyarakat dengan bentuk yang sesuai dengan hukum-hukum syari'at. Perkataan yang baik adalah perkataan orang Muslim dan Mukmin yang tidak hanya mengeluarkan perkataan yang baik, namun juga beramal salih. Dengan sastra Islam, umat Islam dibangun. Dengannya pula, kita bisa memelihara akhlak kaum Muslimin, menerangi jalan para pemuda, pemudi, serta anak-anak. Kita bisa memberikan banyak hal kepada mereka, berupa cahaya wahyu, sinaran Al-Quran, petunjuk Nabi, perjalanan Rasulullah serta para Khalifah Al-Râsyidîn, juga seluruh para sahabatnya.
Sastra Islam bersandar dan mengambil kekuatannya dari sejarah Islam, kaidah-kaidah, serta hukum-hukum bahasa Arab. Juga bersandar pada turâst (warisan) Islam yang asli, sejarah kebudayaan Islam, serta dari buku-buku yang ditulis oleh para ulama terkemuka, jujur, dan berkomitmen tinggi pada Islam.
Sastra Islam menolak sastra yang rusak dan merusak Islam. Juga tidak menerima teori-teori sastra yang sudah tercemar yang berasal dari ide-ide para musuh Islam serta dari buku-buku sesat yang tidak mengandung akhlak.
Sastra Islam membangkitkan dan memajukan masyarakat, serta membela umat Islam berikut ajaran-ajaran suci Islam, juga akhlak kaum Muslimin. Dengan perkataan yang baik, majalah yang jujur, dengan qashîdah, nyanyian, papan, kaset, cerita, serta riwayat dapat membela pemikiran serta sejarah umat. Juga mempersembahkan seluruh tauladan yang paling luhur, contoh yang baik, manfaat, kebaikan, keindahan, ilmu yang bermanfaat, jalan yang mampu menerangi, amanah, serta toleransi bagi dunia.
Sastrawan Muslim adalah seorang Muslim sejati yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan sunnah Rasul. Ia memiliki prinsip yang kuat, memiliki cita-cita, sekaligus kemahiran (berbahasa). Ia dihiasi sifat-sifat yang terpuji, niat yang mulia, serta pemikiran-pemikiran yang benar. Ia meneladani akhlak luhur Rasulullah Saw. yang Allah sematkan kepadanya di dalam Al-Quran, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlah yang agung.”
Mula-mula, sastra Islam barada di tangan para sahabat yang mulia. Pangkalnya tiada lain adalah Al-Quran dan hadis-hadis Rasulullah Saw. yang mengandung perkataan dan pengaruh yang baik. Sementara itu, pada masa kenabian, sya’ir Arab yang original hanya untuk membela Rasulullah. Kemudian, khutbah-khutbah para Khalifah al-Râsyidîn, wasiat-wasiat, kata-kata bijak (hikmah), dan perumpamaan-perumpamaan juga adalah bentuk sastra pada permulaan berdirinya Daulah Islam dan masa Daulah Umawiyah. Hal itu berlangsung hingga setelah masa itu. Pada zaman modern, ada usaha-usaha Syaikh Muhibb Al-Dîn Al-Khatîb, Syaikh Muhammad Rasyîd Ridhâ, Al-Râfi'î, Abbas Al-Aqqâd, Anwar Al-Jundî, Ahmad Syauqî, serta Hâfidz Ibrâhîm. Kemudian, ada buku-buku dan pemikiarn-pemikiran beberapa ulama, yakni Sayyid Quthb, Dr. Najîb Al-Kailânî, Dr. Syukrî Faishal, Dr. 'Imâduddîn Khalîl, Dr. Muhammad Muhammad Husain, Dr. Mahmûd Syâkir, Dr. Mushthafâ Al-Sabâ'î, serta masih banyak lagi nama yang lain. Mereka, para ulama, sastrawan, dan pemikir itu adalah para ulama syari'at, ahli sastra Islam dan kebudayaan Arab yang asli.
Selanjutnya, kita akan membicarakan masalah Liga Sastra Islam Internasional (International League of Islamic Litelature) yang dirintis pada tahun 1984 Masehi setelah bertemunya para sastrawan dari seluruh penjuru dunia dalam seminar para ulama di India serta di Universitas Islam di Madinah. Pertemuan itu membuahkan hasil terpilihnya yang terhormat Syaikh Abû Ali Hasan Al-Nadwi sebagai ketuanya. Lalu, ketika Syaikh Al-Nadwi wafat pada tahun 2000 M, Dr. Abd Al-Qudûs Abû Shâlih terpilih menjadi ketua organisasi ini di Riyad.
Organisasi ini memiliki beberapa kantor dan cabang-cabang di India, Turki, Pakistan, Maroko, Mesir, Bangladesh, Yordania, Yaman, Kuwait, Sudan, dan di seluruh negeri. Dari sini, terbitlah majalah bulanan. Organisasi ini pun menelurkan rartusan buku sastra, baik berupa cerita, sya'ir, makalah, kritik (sastra), drama, serta buku-buku yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan beragam bahasa. Organisasi ini pun sering mengadakan berbagai muktamar, seminar, pertemuan, dan stadium general di berbagai negara Islam. Di antara nama-nama para sastrawan yang berasal dari organisasi ini antaranya dari Saudi: Dr. Hasan Fahd Al-Huaimil, Dr. Muhammad Khadhr 'Arîf, dan Dr. Mahmûd Zainî. Dari Mesir: Dr. Jâbir Qamîhah, Dr. Hilmî Al-Qâ'ûd, Dr. Jamâl Sulthân. Dari Suria: Dr. Muhammad Walîd-Dr. Ghâzî Thalîmât-Dr. 'Abd Al-Bâsith Badar. Dari Irak: Dr. 'Imâduddîn Khalîl. Dari Yordania: Dr. Mahmûd Muflih dan Dr. 'Abdullâh Al-Thanthâwî. Penya'ir seperti Yahyâ Hâj Yahyâ dan banyak lagi nama-nama lainnya, baik yang berasal dari negara-negara Arab maupun negara-negara asing (selain Arab).
Hari ini, kami ingin mendirikan kantor bagi para sastrawan yang terkemuka di Indonesia agar menjadi pusat kesusastraan, ilmu, akhlak, dan berbagai kebaikan lainnya di negeri Indonesia dan agar menjadi salah satu cabang organisasi Ikatan Sastra Islam Internasional yang sukses, penting, dan aktif.
Sementara itu, segala puji bagi Allah, di Indonesia, terdapat ratusan nama yang terkemuka, terpercaya, dan baik dalam bidang sastra dan berbagai disiplin ilmunya. Keberadaan kantor ini, Insya Allah akan menjadi penghubung antara saudara-suadara lain dari seluruh penjuru dunia. Insya Allah, kita akan bisa melihat kantor ini di Jakarta sebentar lagi. Kita juga akan menyaksikan berbagai kegiatan dan pencapaian-pencapaian yang akan mendatangkan rasa kagum dan penghargaan.
Saya telah bertemu dengan beberapa sastrawan, budayawan, para pemikir, dan jurnalis di Jakarta, Surabaya, Solo, serta Bogor. Pertemuan tersebut sangat bagus dan bermanfaat. Akhirnya, dalam artikel yang singkat ini, saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan bagi majalah yang terkenal ini. Juga terima kasih dan pengargaan kepada Ustadz Qadîr dan para staffnya di majalah ini. Akhirnya, kita haturkan pujian bagi Allah dan semoga shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasul-Nya yang amanah, Muhammad Saw.
Jeddah,
8 Rabiul Awwal 1431 H
Catatan:
Setelah artikel ini beliau tulis, tidak lama di Indonesia diresmikan cabang Liga Sastra Islam Internasional pada tanggal 21 Oktober 2010. Terpilih pada kesempatan sebagai ketua cabang pertama adalah novelis kondang, Habiburrahman El-Syirazi yang juga pegiat Forum Lingkar Pena. (red.)
Majalah Tabligh Edisi April 2010
0 komentar:
Posting Komentar