Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah bukan hanya membangun jaringan dakwah di dalam negeri. Dakwah sendiri sifatnya universal. Oleh sebab itu, kepentingan dakwah akan dapat bersinergi dengan siapa saja yang sama-sama memiliki perhatian dalam mengembangkan risalah Allah Swt. di seantero jagat.
Pada Rabu 3 Maret 2010, kesamaan visi dakwah inilah yang membawa Syaikh Ghiyats Abdul Baqi dari Yayasan Ali Al-Thanthawi Jeddah Saudi Arabia sampai ke kantor MTDK PP Muhammadiyah Jakarta. Syaikh yang juga dosen di Universitas King Abdul Aziz Jeddah ini sebelumnya sudah bersilaturahmi ke beberapa lembaga dakwah lain seperti INSISTS Jakarta, Majalah Gontor, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan lainnya.
Di kantor MTDK Syaikh yang ditemani Asep Sobari dari INSISTS dan Adnin Armas dari Majalah Gontor ini diterima oleh wakil ketua MTDK Fakhrurrazi Renosutan, wakil sekretaris MTDK Risman Muchtar, Redpel Majalah Tabligh Tiar Anwar Bachtiar, reporter Majalah Tabligh Firmansyah dan Rasul Karim. Perbincangan berlangsung dalam bahasa Arab sejak awal sampai akhir. Syaikh sangat senang karena perbincangan lebih lancar dan langsung karena tidak harus menunggu penerjemah. Buya Risman yang alumnus jurusan Bahasa Arab IAIN Padang rupanya masih menyimpan kemampuan berbicara bahasa Arabnya cukup baik. Sesekali Asep Sobari yang alumni Univ. Islam Madinah dan lebih fasih berbahasa Arab membantu perbincangan kami.
Banyak hal yang kami perbincangkan. Kami saling bercerita tentang visi dan program-program MTDK dan Majalah Tabligh. Syaikh sangat terkesan dengan kegiatan dakwah yang dijalankan oleh MTDK, terutama pengiriman da’i-da’i ke daerah terpencil di seluruh Indonesia. Ia pun memberikan dukungan dan apresiasi terhadap visi Majalah Tabligh yang memberikan perhatian bersar terhadap masalah-masalah kristenisasi, pemurtadan, dan liberalisasi Islam. Menurutnya, masalah-masalah itulah yang sekarang tengah mengancam akidah umat.
Sebagai wujud dukungannya, Syaikh mewakili Muassasah Syaikh Ali Ath-Thantawi Jeddah, langsung menawarkan beberapa kerja sama dengan MTDK dan Majalah Tabligh. Kepada MTDK, Syaikh mengusulkan untuk menyelenggarakan Daurah Du’ât (Training Da’i) bagi para da’i MTDK. Training ini akan diisi oleh masyayikh dari Jeddah dan pemateri lokal dengan berbagai tema dakwah berkaitan selama beberapa hari. Muassasah Syaikh Ali Ath-Thanthawi akan menanggung biaya seluruh kegiatan. Insya Allah, kalau tidak ada aral melintang, kegiatan ini akan diselenggarakan bulan Sya’ban selepas Muktamar Seabad Muhammadiyah.
Syaikh juga berjanji akan mengusahakan peningkatan pengetahuan para da’i MTDK melalui pembagian kitab dan buku-buku yang akan sangat penting bagi dakwah yang tengah mereka jalankan. Kitab-kitab ini akan dibagikan setelah selesai daurah nanti. Daurah yang sama juga akan diselenggarakan di Solo bekerja sama dengan DDII pada bulan yang sama.
Dukungan terhadap Majalah Tabligh langsung disampaikan pada pertemuan itu. Syaikh membeli sekitar 500 eks. Majalah Tabligh edisi Maret untuk dibagikan kepada para da’i MTDK di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau pemasaran Majalah Tabligh. Saat itu, majalah edisi Maret belum selesai cetak. Kami hanya punya dami akhirnya. Namun, Syaikh tertarik untuk membawa majalah ini ke Jeddah untuk disampaikan ke Muassasah (Yayasan) hingga dami-nya pun mau saja dia bawa. Ia juga meng-copy beberapa cover majalah edisi sebelumnya.
Yayasan tempat Syaikh Ghiyats ini bekerja didirikan oleh salah seorang ilmuwan terkenal asal Syria Syekh Ali Al-Thanthawi. Al-Thanthawi sendiri pernah beberapa kali datang ke Indonesia berkunjung ke berbagai kota di negeri ini. Pengalamannya selama mengunjungi Indonesia ini ia tulis dalam salah satu bukunya Shuwar min Al-Syarq fî Andûnisiyâ yang terbit pertama kali tahun 1964 dan tersebar luas di Jazirah Arab. Inilah salah satu buku yang memperkenalkan kondisi negeri ini kepada masyarakat Arab. Atas jasa Syaikh Ali Ath-Thanthawi inilah Indonesia semakin dikenal di sana.
Karena hubungan yang sudah terjalin lama dengan Indonesia ini, Yayasan Syaikh Ali Ath-Thanthawi terus memelihara hubungan dengan negeri ini. Tentu saja konteks hubungannya adalah dalam rangka dukungan terhadap pengembangan dakwah, sebab yayasan ini memang sengaja didirikan untuk berkhidmat kepada dakwah Islam.
Syaikh Ghiyats pun mengakhiri kunjungannya dengan membagikan beberapa buah tangan kepada yang hadir berupa DVD program Maktabah Syamilah edisi 3.28 dan beberapa buku-buku Islam. Terakhir, ia menitipkan tulisannya tentang sastra Islam yang merupakan salah satu keahliannya untuk Majalah Tabligh. Tulisan itu kami terjemahkan dan dimuat bersama laporan ini untuk pembaca Majalah Tabligh.
Syaikh berencana melanjutkan perjalanan mengunjungi proyek-proyek dakwah Yayasan yang sudah dicanangkan sebelumnya di berbagai pelosok Indonesia seperti di Flores, Sorong, dan lainnya. Mudah-mudahan kerja sama yang dijalin akan terus berlangsung untuk saling men-support dakwah demi tersebarnya risalah kenabian di seluruh penjuru dunia. (tab/tabligh).
(Majalah Tabligh Edisi April 2010)
0 komentar:
Posting Komentar