Kamis, 17 Februari 2011

BENARKAH ADA KARMA

Kamis, 17 Februari 2011 |
Berawal dari telpon yang masuk ke hp saya dari no yang belum aku kenal, pada waktu sahur di bulan Ramadhan 1430 H, tak butuh waktu yang lama setelah kejadian itu, kedekatan kami akhirnya membentuk sebuah cerita antara diriku dan dirinya karena beberapa tahun sebelumnya kita memang sudah saling kenal, hari-hari yang kami lalui adalah hari-hari yang merangkai asa untuk membuat kisah yang baru dalam hidupku dan hidupnya, semuanya berjalan lancar seperti yang saya dan dia harapkan tapi kemudian takdir berkata lain keadaan memaksaku untuk mengubur semua mimpi itu dan meminta dia untuk merelakan kepergian saya, pergi yang tak akan kembali lagi kepadanya, keputusan ini belum bisa dia terima beberapa kali dia mengirimkan puisi yang merupakan jeritan hatinya, diantara puisi-puisinya itu:

Surat buat Tuhan
Tuhan…. tanpa perlu ku bercerita
Tentu Engkau sudah tahu kisah ku…
Dan tahu hati ku…
Bolehkah aku berkata letih sekarang Tuhan….
Sungguh aku tidak menyesalimu dan tidak pula mencela takdir-Mu…
Tapi disini aku menemukan batas-batasku….
Dalam firman-firman-Mu yang dulu tak kumengerti…
Biar kini aku berhenti….
Dan tak lagi mencari….
Karena kini tiba saatnya ku tuk diam dan menanti….
Takdir-Mu yang mengantarkannya atau yang lebih baik padaku…
Mengikis duka ini dari aku Tuhan…
Terima aku dipinta-Mu
Sungguh aku haus akan cinta…
Hanya kau muaranya…


Puisinya hanya aku balas dengan menjelaskan alasan kepergiaanku dan meyakinkannya bahwa dia akan mendapatkan orang yang lebih baik dari diriku tetapi namun jawaban saya tidak memuaskannya dan puisi pun dia kirimkan untukku

Katamu perpisahan ini adalah sebuah keharusan…
Tak akan begitu sakit
Tapi apa itu yang membuat dadaku sesak
Nyeri dihulu hati
Dan melemaskan sendi
Menurut mu aku tak butuh kau
Dan kau tak butuh aku…
Tapi kenapa aku berhenti tertawa …
Berhenti bercerita pada bunga disamping jendela…
Tak lagi merasa utuh sebagai wanita
Tak punya alasan untuk berbahagia..
Seperti dulu saat kau ada
Pesan mu…teruslah berjalan dan lupakan aku…
Apakah kau telah begitu dungu….
Jika aku terus berjalan maka jejak-jejak kaki kita akan semakin jauh dari mataku..
Dan jika kebahagianku yang tersisa adalah ingatan saat kau masih bersamaku..
Haruskah aku mengikisnya??

Puisi yang dia kirimkan tak lagi ku balas karena waktu itu aku berfikir bahwa diam adalah salah satu cara untuk membuat dia tenang dan bisa mengikhlasan kepergianku, tapi dugaan ku salah karena dia masih mengirimkan puisi untukku

Sore ini telah kutulis belasan pesan untukmu…
Sebagian benar-benar aku kirim dan sebagiannya lagi tidak
Karena aku masih ragu…
Toh kau juga tak mau membalasnya
Tapi..terkirim atau tidak…
Kau baca atau tidak..
Kita sama-sama tahu semuanya hanya tentang betapa aku…
bodoh terbawa dengan perasaan sendiri
Apakah menyukai seseorang adalah sebuah kehinaan??
Apakah menyukaimu begitu membuatmu malu…
Dan apa kau perlu membenciku karena aku menyukaimu
Dan mengapa pula kau mesti melarangku merasakan itu
Tubuhku berada dalam sekat
Gerakku terbatas tapi asa ku melalang buana
Dan tak ada yang mampu menghentikannya..
Bahkan tidak kau mungkin juga tidak aku
Meski segala acuhmu merajam hati ku….

Pesan ini hanya ku jawab dengan permintaan maaf karena aku telah mengajak dia untuk merangkai mimpi tapi kemudian aku juga yang telah mengancurkan kerangka-kerangka yang sudah mulai tersusun dengan rapi walau pun aku menghancurkannya karena keterpaksaan kemudian dia kembali mengirimkan pesan kepadaku

Aku tidak bisa menyalahkanmu….
Atas kedatanganmu yang tiba-tiba dalam hidupku..
Kita tidak punya pilihan bukan??
Kalaupun ada….
Aku akan tetap memilih menjalani takdir ini….
Lagi….dan lagi….
Walau dengan perih yang sangat
Karena kau bukan milikku…
Tapi perih itu belum seberapa dibanding kebahagian yang kau berikan
Walau sesaat ku tak akan rapuh dan terjatuh
Walau sakit luka yang telah kau goreskan
Namun ku tak akan perrnah menyesali luka itu
Karena sesungguhnya kebodohankulah yang membuat luka ku sendiri

Setelah mendengarkan penjelasanku bahwa aku juga merasakan perihnya perpisahan ini, dia mulai menerima keputusanku setelah itu kemudian dia memintaku untuk mengabadikan puisi-puisi yang dia kirimkan padaku.

Sekarang saat takdir berbicara bahwa aku juga tidak bisa memiliki apa yang aku inginkan mendapatkan perempuan yang aku dambakan, puisi-puisi dari akhwat ini menggiringku pada sebuah pertanyaan, benarkah ada karma? Dan apa yang saya alami ini adalah karma dari dosa yang saya lakukan kepadanya? Saya tidak tau apakah penderitaan saya saat ini sama seperti penderitaan dia dulu atau mungkin lebih dan mungkin juga kurang dari penderitaan dia tapi yang pasti saya bisa mengambil hikmah dari semua drama ini. Sekarang setulus hati saya berdo’a kepada Allah semoga orang yang ditemui atau menemukan tulisan ini tidak akan mengalami apa yang saya alami ini dan bisa menyatukan cinta dan kasih sayang yang anda bangun menyatu dalam ikatan suci nan abadi..Amien Ya Rabbal ‘Alamin..


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar


Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Smart, happy

Saca Firmansyah

Wilayah Pengunjung