Kamis, 17 Februari 2011

DENDAM KEHIDUPAN

Kamis, 17 Februari 2011 |
Lantunan ayat suci al-Qur’an yang menggema keseluruh pelosok jorong Batu Basa dari tape record Mesjid Baburrahim telah memanggil jiwaku yang dari malam tadi pergi untuk segera kembali menyatu dengan ragaku ini, kemudian secara reflek tanganku lansung melemparkan kain yang menyelimuti tubuhku, alunan bait-bait lagu Haji dari grup nasyid Raihan yang menjadi alaram hp menuntunku untuk segera mengucapkan syukur kepada Allah yang telah menghidupkan jiwa ini kembali setelah matiku dan kemudian memaksaku untuk segera bangkit dari istirahat melepas lelah dari aktifitas kemarin, dengan langkah teruntai aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah berpakaian rapi lalu ku buka jendela dan pintu ramah kemudian dengan langkah yang pasti aku melangkah kaki menuju Mesjid untuk melaksanakan pengabdian kepada Illahi, dalam perjalanan ini aku mendapatkan kembali nikmat yang telah lama hilang yaitu menghirup udara yang segar disertai oleh belaian dan hembusan angin dari arah puncak gunung merapi serta sentuhan lembut dari embun pagi.

Setelah sholat Shubuh berjamaah salah seorang pengurus mesjid Baburrahim memintaku untuk memberikan kuliah subuh, inilah adalah permintaan yang tidak pernah bisa aku tolak karena sejak Almarhum orang tuaku masih hidup, beliau selalu mengingatkanku untuk tidak pelit berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada masyarakat dikampungku dan juga karena sudah tiga hari sejak memberikan Khutbah Idul Adha aku tidak sempat lagi naik podium mesjid ini guna untuk berbagi pengalaman dan bacaan dari ilmu yang telah aku dapatkan selama delapan tahun merantau dan belajar di Jakarta, padahal tujuan pulang kampung yang aku lakukan kali ini selain untuk memenuhi permintaan saudara-saudaraku untuk merayakan Idhul Adha bersama juga untuk memberikan pengabdian kepada kampung tempat aku lahir dan dibesarkan.

Dalam pengajian itu aku menyampaikan kepada jama’ah sholat Shubuh bahwa aku memiliki sebuah dendam yang tidak akan pernah aku lupakan, dengan sekuat tenaga akan aku balaskan dendam ini dengan sempurna, mereka kaget mendengarkan pernanyaan ini, belum lagi hilang perasaan terkejutnya aku menambah pernyataanku, bahwa hari aku ingin mengajak seluruh jamaah mesjid ini untuk mengobarkan api dendam itu, pernyataan ini membuat mereka makin bingung karena selama ini mereka mengenalku sebagai pribadi yang cukup ramah dan bahkan nyaris tak pernah memperlihatkan wajah yang suka marah yang menjadi salah satu identitas orang pendendam, dan juga dendam itu adalah perbuatan yang tercela yang dilarang oleh agama tetapi saat ini mereka mendengarkan lansung dari mulutku didalam rumah Allah tempat untuk beribadah, perbuatan yang seharusnya dihindarkan sekarang malah diajarkan kepada orang, setelah diam beberapa detik untuk membiarkan jamah ini terjebak dalam kebingungan mendengarkan pernyataan yang kontorversi ini, baru saya jelaskan bahwa dendam yang selalu saya jaga dan akan saya upayakan semaksimal mungkin untuk membalasnya adalah dendam kehidupan, ketika saya dilahirkan kemuka bumi ini saya menjerit dan menangis tetapi orang yang menantikan kedatangan saya ke bumi ini yaitu orang tua dan karib kerabat saya malah tertawa dan bahagia, kebahagian mereka diatas tangis saya ini mesti saya balas dengan memutarbalikan keadaan ini, waktu untuk membalaskan dendam ini adalah nanti, ketika meninggalkan dunia ini saya ingin pergi dengan senyum bahagia menuju alam keabadian dengan bekal amal kebaikan dan meninggalkan sanak saudara dan bahkan orang yang pernah berhubungan dengan saya berlinang air mata.

Ini adalah dendam yang mesti kita balaskan, dendam ini dibalaskan bukan dengan amarah dan kebencian tetapi dengan cinta dan kasih sayang, maka hari-hari yang kita jalani saat ini sampai batas akhir keberadaan kita didunia ini adalah hari-hari untuk menebarkan kebaikan kepada sesama manusia dan menyempurnakan pengabdian kepada sang Pencipta agar kita mendapatkan anugrah dan hidayah-Nya, inilah modal untuk menyempurnakan dendam kehidupan yang sesuai dengan ayat al-Qur’an surat Maryam ayat 76. “ dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapatkan petunjuk dan Albaqiyatu Sholeh (kebaikan yang kekal menurut Hamka jejak yang baik) lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya” artinya didunia ini kita mesti berusaha untuk mendapatkan petunjuk dan hidayah Allah, degan tanpa henti menebarkan kebaikan kepada sesama supaya kita bisa meninggalkan jejak yang baik untuk menuntaskan dendam kehidupan karena jejak kebaikan akan membuat sedih orang yang ditinggalkan dan juga akan selalu membuat orang jadi terkenang.

Sajak dendam kehidupan

Dia berkata keceriyaanku tidak membuat mereka bahagia
Dulu saat bersama kita selalu berbagi rasa
Kemudian aku pergi meninggalkannya
Aku tersenyum mesti kematian datang menjemputku
Karena setelah ini engkau tak akan lagi melihat senyumku
Karena aku telah berada disisi Tuhanku
Dengan bekal kebaikan
Sesuai dengan apa yang telah dititahkan
Menjemput kebahagian yang selalu aku idamkan

Mudah-mudahan tulisan ini bisa membuat dendam kehidupan makin membara dihati kita, sehingga usaha yang kita lakukan adalah upaya untuk menyempurnakan dendam ini, alangkah ruginya jika dendam ini tidak bisa kita tuntaskan, saat orang tidak merasa kehilangan dengan ketiadaan kita dan tidak merasa sedih dengan kepergian kita yang tidak akan pernah kembali lagi dan celaka sekali kalau sampai kepergian kita menjadi kebahagian buat orang yang ditinggalkan karena merasa terbebas dari kejahatan yang kita lakukan.

Selamat berjuang untuk menentaskan dendam kehidupan...


Related Posts



0 komentar:

Posting Komentar


Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Smart, happy

Saca Firmansyah

Wilayah Pengunjung