Kamis, 17 Februari 2011

ISLAM; AJARAN MORAL ATAU HANYA SEKEDAR IBADAH RITUAL

Kamis, 17 Februari 2011 |
Sudah menjadi kebiasaan bagi saya, kalau tidak ada urusan penting maka saya akan menunda jam pulang dari kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah sampai lewat dari jam Sembilan guna menghindari kemacetan yang akhir-akhir ini makin meresahkan warga Jakarta karena waktu banyak terbuang percuma dijalan, pada suatu malam sekitar jam sepuluh malam saya sudah sampai di kontrakan tapi mata masih enggan untuk dipejamkan dan untuk menghindari fikiran berkelana tanpa arah yang juga sering merangkai angan yang hanya menimbulkan kegelisahan, maka saya mengambil salah satu buku karya Muhammad Al-Ghazali setelah membaca beberapa lembar buku itu maka fikiran saya seolah-olah ditarik untuk mengingat pertanyaan sok kritis yang pernah keluar dari fikiran saya waktu masih kuliah di UIN Syarif Hidayatullah dulu yaitu; Apakah Islam itu Ajaran Moral atau Hanya Sekedar Ibadah Ritual Tanpa Pesan.

Saya menyebut pertanyaan ini sebagai pertanyaan sok kritis karena pada waktu itu saya baru belajar dan mengenal filsafat dan seperti kebanyakan orang yang baru belajar filsafat, dimana mereka sering terobsesi untuk mengikuti pola fikir para filosof yang memang kritis, sehingga mereka mencoba untuk ikut kritis tetapi sering terperangkap kedalam pemikiran kritis yang kebablasan yang berujung pada sebuah kesalahan yang fatal, karena mereka terkadang mengkritik Tuhan, mempertanyakan keadilan Tuhan dan bahkan ada juga yang tidak mau lagi melaksanakan ibadah Sholat. Maka pertanyaan saya tentang apa sih Islam itu sebenarnya? saya anggap sebagai pertanyaan yang sok kritis juga, sampai saya mau berusaha untuk terus mencari dan menemukan alasan dan jawaban yang membenarkan pertanyaan saya itu.

Pertanyaan Islam itu ajaran moral atau hanya ibadah ritual walau pun tidak selalu teringat oleh saya tetapi tidak pula pernah hilang dari alam fikiran saya karena pada saat-saat tertentu baik itu dalam diskusi, ketika saya memberikan pengajian atau ketika melihat realita kehidupan beragama ditengah masyarakat kita, pertanyaan ini kembali muncul dalam fikiran saya.

Dalam kehidupan ini disengaja atau tidak sering kita telah membuat dan membangun persepsi bahwa Islam itu adalah Sholat 5 waktu sehari semalam, Puasa Ramadhan, Zakat, Haji bagi yang mampu jadi kalau ada orang yang tidak mau sholat kita anggap dia bukan orang Islam, kalau tidak puasa dibulan ramadhan kita bilang juga dia bukan orang islam, ketika orang kaya tidak mengeluarkan zakat, dan tidak melaksanakaan haji pada hal dia mampu, kita sebut juga ia bukan orang muslim atau paling tidak kita katakan bahwa mereka semua itu bukan lah orang islam yang baik atau muslim sejati, keislaman seseorang hanya kita ukur dari sholat, puasa, zakat, dan haji saja, jarang sekali atau bahkan mungkin tidak pernah kita menjadikan akhlak atau moral sebagai ukuran untuk menentukan standar keislaman kita.

Rasulullah Saw, telah menetapkan tujuan pertama dari bi’tsahnya melalui haditsnya: Innamaa bu’itstu liutamimma makaarimal akhlaki (sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti). Risalah ini telah menggariskan jalan dakwah dalam sejarah kehidupan yang menghendaki tegaknya keutamaan umat manusia dan menerangi cakrawala kesempurnaan.

Rasulullah mengatakan tujuan pengutusan beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak bukan menyempurnakan ibadah tetapi kemudian beliau menuntun kita untuk sholat, puasa, zakat, dah haji yang mana semua ini juga telah disyari’atkan bahkan semua itu dipandang sebagai tiang keimanan maka Pertanyaan kritisnya apa pesan yang terkandung dalam ritual yang diperintahkan itu? Inilah yang sering terlupakan oleh kita dan bahkan mungkin selama ini kita tidak pernah mengungkap semua ini, maka menurut saya menjadi sangat tepat sekali pernyataan Muhammad Abduh ketika beliau berkunjung ke barat atau eropa beliau mengatakan Raaitu Islam wala Raaitu Muslim (Saya melihat Islam tapi saya tidak melihat orang Islam) dan ketika ia berada di timur di negeri yang mayoritas berpenduduk islam beliau berkata Raaitu Muslim wala Raaitu Islam (saya melihat orang islam tetapi saya tidak melihat Islam)

Realita keberagamaan dalam masyarakat telah memisahkan dua dimensi agama yaitu dimensi spitualitas yang berupa ritual peribadatan guna untuk membina hubungan baik dengan Tuhan dan dimensi social yang berupa ajaran moral untuk membina hubungan baik dengan sesama manusia dan alam, yang sebenarnya sama seperti dua sisi uang yang tidak dapat dipisahkan tetapi telah dipisah dan dianggap seolah-olah tidak memiliki hubungan sehingga kita akan melihat orang yang memiliki kesholehan spiritual tetapi tidak memiliki kesholehan social dan juga sebalik ada yang memiliki kesholehan social tetapi tidak memiliki kesholehan spiritual, pemisahaan dua dimensi agama ini jelas tidak akan bisa membuat kita menjalankan islam yang kaffah, karena salah satu pemahaman islam yang kaffah adalah islam yang menghimpun kesholehan spiritual dan kesholehan social.

Melalui tulisan ini mari kita melakukan evaluasi dan refleksi ulang terhadap pemahaman dan pengamalan keagamaan kita agar kita tidak lagi memisahkan dua dimensi keagamaan karena Islam adalah agama yang memerintahkan ibadah ritual yang tidak lepas dari pesan-pesan moral sehingga islam benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin.


Related Posts



1 komentar:

takivalenzano mengatakan...

Slots of Vegas (Hotels, Resorts) - MapyRO
Find Hotels & Casinos 당진 출장샵 near Slots of Vegas in Las Vegas, 전주 출장안마 NV. 목포 출장샵 If you're looking for the hottest places to 시흥 출장안마 go to see, we have 밀양 출장마사지 the Las Vegas

Posting Komentar


Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Smart, happy

Saca Firmansyah

Wilayah Pengunjung