Saat Mentari kembali ke peraduaannya, saya pun kembali kekontrakan saya di daerah Jakarta selatan, ketika malam kian mencekam dan mata enggan terpejam, saya teringat dengan sifat yang ditunjukkan dan diajarkan oleh Ayahanda Tercinta yaitu sifat suka memaafkan atau forgiveness, beliaulah yang mengajarkan saya melalui teladannya, bagaimana menjadi orang pemaaf yang tidak memendam dendam dan kebencian kepada manusia, bahkan dalam surat wasiat yang beliau tinggalkan pun dapat saya tangkap pesan dan teladan dari sifat pemaafnya, yang mana beliau nyatakan dalam surat wasiat itu, beliau telah memaafkan semua kesalahan Anak, Istri, cucu, seluruh sanak saudara dan orang-orang yang beliau kenal dan beliau meminta kami anak-anaknya untuk memintakkan maaf beliau kepada masyarakat dan orang-orang yang beliau kenal.
Kenangan terhadap kalimat yang terdapat dalam surat wasiat ayahanda inilah yang memotivasi saya untuk membuat tulisan The Power Of Forgiveness.
Memberi maaf merupakan sifat terpuji yang disenangi oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat Asy-Syura ayat 43 yang artinya “siapa yang bersabar dan memaafkan, Sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia” bahkan di ayat 40 dalam surat Asy-Syura disebutkan ada pahala disisi Allah bagi orang yang memaafkan dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat.
Waktu sekolah di MAN/MAKN 2 Batu Sangkar saya pernah mendapatkan kisah tentang orang yang pemaaf dari buku yang terdapat di pustaka sekolah, dalam buku itu disebutkan ada seorang ulama yang dalam mimpinya melihat seorang laki-laki dikampungnya, yang tidak terlalu istimewa dalam masalah ibadah tetapi berada dalam posisi terdepan ketika akan musuk surga, kemudian ulama tersebut bertanya kepada laki-laki itu amal ibadah apa yang telah engkau lakukan? laki-laki itu menjawab saya hanya melakukan ibadah yang diperintah dan dianjurkan oleh Rasulullah dan menghentikan larangan Allah. Kemudian ulama itu bertanya lagi, tetapi kenapa dalam mimpi saya, saya melihat kamu itu menjadi orang yang terdepan ketika akan masuk surga, laki-laki itu menjawab setiap akan tidur saya selalu berdo’a kepada Allah dan kemudian memaafkan semua kesalahan dan kejahatan yang dilakukan orang kepada saya dan saya tidak membiarkan dendam dan kebencian merasuki hati saya.
Dari kisah ini dapat kita petik pelajaran bahwa orang yang pemaaf berpotensi untuk lebih dahulu masuk surga karena perhitungan amal perbuatannya dengan sesama manusia sudah tidak banyak atau bahkan sudah tidak ada lagi sebab didunia beliau tidak memiliki dendam dan kebencian dengan sesama manusia.
Lawan dari sikap pemaaf adalah pendendam, Louise L. Hay dalam bukunya You Can Heal Your Life menyebutkan bahwa dendam lebih banyak menyebabkan masalah daripada apa pun, dendam yang lama ditahan dapat merongrong tubuh dan menjadi penyakit. Dalam buku Course in Miracles dikatakan bahwa “semua penyakit timbul karena kita tidak mau mengampuni atau memaafkan” dan “bilamana kita sakit kita perlu melihat sekeliling kita untuk mengetahui siapakah yang perlu kita maafkan”.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ketidakrelaan memaafkan orang lain memiliki dampak hebat terhadap tubuh kita: menciptakan ketegangan, mempengaruhi sirkulasi darah dan system kekebalan, meningkatkan tekanan jantung, otak dan setiap organ tubuh kita. Kemarahan yang terpendam mengakibatkan berbagai penyakit seperti pusing, sakit punggung, leher, dan perut, depresi, kurang energy, cemas, tidak bisa tidur, ketakutan dan tidak bahagia. Memiliki sifat pemaaf membuat kita berpotensi untuk terhindar dari berbagai macam penyakit.
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari note ini
1. Sifat pemaaf menjadikan kita manusia yang mulia karena sifat pemaaf itu sifat yang mulia
2. Orang yang pemaaf disayangi oleh Allah dan akan mendapatkan pahala disisi Allah
3. Orang yang pemaaf berpotensi untuk lebih dahulu masuk surga
4. Sifat pemaaf membuat kita berpotensi untuk terhidar dari berbagaimacam penyakit karena banyak penyakit yang timbul karena sifat pendendam
5. Suka memaafkan membuat hidup kita bahagia
6. Menurut Gerarld G. Jampolsky dalam bukunya Forgiveness, The Greatest Healer Of All “Rela memaafkan adalah jalan terpendek menuju Allah.
Setelah mengetahui berbagai keuntungan yang bisa kita dapatkan dari sifat pemaaf maka mari kita pupuk dan kembangkan sifat pemaaf dalam diri dan kehidupan kita agar kita bisa hidup bahagia, dicintai oleh manusia dan disenangi oleh Allah. (Rasul Karim, S.Th.I)
0 komentar:
Posting Komentar